Ariel adalah karyawan di sebuah perusahaan besar yang sudah berpengalaman, sangat mapan, dengan paket kompensasi dan benefit di atas rata-rata, peluang karir yang menjanjikan, kantor mentereng di seluruh Indonesia. Suatu saat, ia memutuskan untuk resign dari perusahan tersebut setelah dua puluh tahun, meninggalkan segala kenyamanan dan fasilitasnya, untuk kemudian bergabung dengan bisnis yang baru lahir, belum memiliki sistem, dan masih mencari bentuk.
Jika kebanyakan orang resign untuk membangun bisnis sendiri, tidak mau menjadi karyawan lagi, tetapi Ariel resign untuk kembali menjadi karyawan di perusahaan yang jauh lebih muda, dengan kompensasi yang jauh lebih kecil dibanding perusahaannya yang terdahulu. Hal ini tentu menjadi bahan pembicaraan di kalangan rekan-rekan Ariel di perusahaannya yang mentereng itu. Apa sih yang membuat Ariel begitu nekatnya meninggalkan kemapanan korporasi untuk masuk ke StartUp company yang hanya memiliki lima orang karyawan (saat itu) dan belum begitu dikenal?
Singkat cerita, waktu berjalan, hari berganti, tahun pun bertambah. Ariel mengalami dinamika dan berbagai keseruan di perusahaan StartUp-nya. Ia dikelilingi tim yang saling mendukung dan saling belajar. Bersama mereka membangun, merapikan, dan menjalankan sistem untuk organisasinya yang masih baru. Ariel merasakan kebahagiaan dan semangat baru yang melebihi apa yang dia rasakan selama puluhan tahun.
Ternyata, ada perusahaan berskala kecil namun mampu memikat, merawat dan mengembangkan diri professional hebat dari korporasi ini.
Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya sehingga perusahaan muda ini bisa menarik dan sukses merekrut Ariel, membuatnya jatuh hati dan rela meninggalkan kenyamanan di perusahaan lamanya yang mapan, yang dia tahu dengan pasti bandingannya sangat jauh?
Ternyata ada beberapa Langkah yang dilakukan oleh sang Business Owner yang bisa menjadi tips bagi Anda, para pengusaha yang ingin “memikat” professional dari korporasi untuk menjadi bagian dari Anda:
1. Owner Credibility dan Personal Approach
Ariel tidak direkrut dalam sehari. Ia berproses selama beberapa tahun. Pendekatan yang dilakukan oleh Sang Business Owner dilakukan secara personal. Di antara keduanya perlahan terbangun trust yang kuat. Sang Business Owner yang memiliki karakter kuat, sejak awal tidak menawarkan pekerjaan tapi menawarkan pertemanan. Ia banyak menceritakan kisah hidupnya, impiannya, bagaimana ia berencana akan membangun bisnisnya. Tidak memaksa, tidak menjual diri dan mimpi secara berlebihan. Menyampaikan apa adanya dan menunjukkan niat baik.
Jika perusahaan Anda ingin melakukan hal yang sama, pastikan Anda telah melakukan upaya untuk membangun reputasi Anda sebagai business owner dengan baik. Pastikan orang-orang kunci pada perusahaan Anda juga memiliki rekam jejak yang baik. Tidak harus sempurna, tetapi menunjukkan tanggung jawab yang besar, integritas, dan bisa dipercaya adalah hal terbaik untuk menarik perhatian siapapun. Termasuk orang-orang yang bekerja di korporasi besar.
Personal approach adalah kunci utama memikat para Profesional ini. Dengan pendekatan personal Anda sebagai business owner punya kesempatan untuk saling berbagi cerita dan informasi, menceritakan pengalaman dan harapan Anda, sekaligus pula menguji “chemistry” Anda dengan sang professional. Bersabarlah dalam tahapan ini dan jangan memaksa. Biarkan ia menemukan kepercayaan penuh pada Anda dan mimpi-mimpi Anda.
2. Menawarkan Value yang lebih bermakna dari sekedar kompensasi
Meskipun mendapatkan gaji besar, fasilitas lengkap, ada hal-hal yang tetap membuat Ariel tidak selalu nyaman di perusahaannya yang lama. Ariel melihat beberapa nilai penting bagi dirinya tidak terpenuhi di sana. Ada keinginan lebih untuk menemukan makna bekerja yang lebih dari sekedar materi dan pencapaian prestasi.
Jika ingin menarik orang-orang dari korporasi besar untuk bersama-sama membesarkan perusahaan Anda, pastikan Anda punya value personal yang jelas dan konsisten. Buktikan value tersebut selaras terbangun di dalam DNA perusahaan dan Anda sendiri sebagai owner. Kekuatan konsistensi value akan menarik orang-orang dengan value yang sama ke dalam organisasi Anda. Tak peduli dari manapun dia berasal. Termasuk dari korporasi besar, bukan hal yang mustahil.
3. Merekrut mereka yang menyukai tantangan
Tidak banyak orang yang siap membuat pilihan seperti Ariel. Anda harus memahami itu. Di kantornya yang lama, rekan kerja Ariel mengatakan bahwa ia adalah orang yang senang saat sedang ada “masalah”. Bagi Ariel, justru saat itulah dia merasa dirinya berharga sebagai karyawan. Yaitu ketika kontribusinya dibutuhkan untuk menyelesaikan “masalah” tersebut.
Tidak semua orang dengan kompensasi dan fasilitas lengkap merasa nyaman. Ada orang-orang yang membutuhkan adrenalin dan tantangan untuk merasa hidup. Maka, dekati orang-orang yang senang dengan tantangan, bersemangat dengan perubahan, dan mau mencoba hal-hal baru.
4. Berikan Kepercayaan dan Kesempatan untuk Bertumbuh
Satu hal yang membuat Ariel merasa nyaman adalah kepercayaan yang diberikan kepadanya secara proporsional oleh sang Business Owner. Kesempatan belajar dan bertumbuh, termasuk ruang untuk berbuat salah diberikan secara wajar dan bertanggungjawab di perusahaannya yang baru. Suatu hal yang kemudian menciptakan rasa aman dan keterikatan bagi Ariel di perusahaan kecil ini.
Orang yang bersedia keluar dari sebuah organisasi yang sudah mapan, cenderung mencari kesempatan lain untuk bertumbuh. Bertumbuh dan belajar menjadi hal penting bagi mereka, yang bernilai lebih besar dibandingkan materi. Untuk itu, pastikan Anda siap memberikan ruang yang memadai bagi mereka. Sediakan sarana dan prasarana belajar bagi mereka serta dukung keingintahuannya untuk mempelajari bisnis Anda lebih mendalam. Pastikan juga sang professional ini akan menemukan kesempatan untuk mempraktekkan ilmu dan keterampilannya di perusahaan Anda. Stimulasi kreativitasnya dan hargai pertumbuhannya bersama bisnis Anda.
5. Keterbukaan
Meskipun merasa sudah siap dengan segala konsekuensinya, Ariel juga mengalami “cegukan” culture shock di perusahaan kecil ini. Ada masa saat ia sadar bahwa tidak ada office boy di perusahaan barunya, dan semua harus ia kerjakan sendiri termasuk membuat kopi dan mencuci sendiri gelasnya. Ariel pada awalnya bahkan sempat tertegun mendapati business ownernya menyapu sendiri ruang kerjanya di pagi hari.
Sebagai business owner, Anda harus mempersiapkan karyawan dari “kapal pesiar” yang masuk ke “sampan” Anda. Keterbukaan adalah hal primer yang sangat penting. Pastikan calon Anda siap masuk ke dunia baru. Bimbing ia dengan terbuka bahwa kondisi kerja di perusahaan Anda tentu berbeda dengan perusahaannya yang lama. Jangan jual janji manis, tapi janjikanlah petualangan yang menyenangkan dan penuh tantangan bersama Anda. Ceritakan secara gambling apa hal terburuk yang akan dihadapi bersama, dan janjikan Anda akan mendampingi untuk melewati tantangan bersama sampai menuju ke titik mapan bersama.
Kesimpulannya adalah, tidaklah mustahil sebuah perusahaan UMKM menarik dan merekrut profesional berpengalaman dari korporasi besar untuk bergabung membesarkan bisnis bersama-sama.
Sebagai business owner, yang perlu Anda lakukan adalah bersabar dengan prosesnya untuk konsisten membangun kredibilitas Anda sendiri, memilih dan melakukan pendekatan, membangun value yang kuat, siap memberikan kepercayaan, dan menjadikan keterbukaan sebagai hal pokok dalam hubungan Anda.
Believe me, the mission is still possible.
Fauziah Zulfitri, PCC
Fransiska Amir, ACC
Insight Indonesia
NB : Ariel adalah nama samaran, namun kejadian dan insight pada artikel ini adalah berasal dari kisah nyata.